Kesehatan
ODGJ di Malang: Aksi Penusukan yang Menggemparkan Para Pengemudi
Pada tanggal 30 Januari 2025, sebuah penikaman yang mengejutkan di Malang menimbulkan pertanyaan mengenai dukungan kesehatan mental untuk individu seperti pelaku. Apa yang menyebabkan tragedi ini?

Pada tanggal 30 Januari 2025, sebuah insiden penikaman yang mengejutkan di Dusun Krajan, Malang menyebabkan delapan pengendara terluka, menimbulkan kekhawatiran mendesak tentang keselamatan publik dan dukungan kesehatan mental. Pelaku, seorang pria berusia 47 tahun dengan masalah kesehatan mental yang diketahui, menyerang korban yang tidak menyangka, mengakibatkan luka serius seperti yang dialami oleh Hari Suprapto, yang membutuhkan 27 jahitan. Tragedi ini menyoroti kerentanan komunitas dan kebutuhan akan sumber daya kesehatan mental yang lebih baik. Masih banyak lagi yang perlu dieksplorasi tentang isu kritis ini.
Pada malam tanggal 30 Januari 2025, sebuah insiden mengerikan terjadi di Dusun Krajan, Desa Lebakharjo, saat seorang pria berusia 47 tahun, yang dikenal lokal sebagai individu yang berkelana dengan masalah kesehatan mental (ODGJ), melancarkan serangan parang terhadap delapan pengendara yang tidak menduga. Tindakan brutal ini menyisakan duka dalam komunitas, dengan berbagai korban mengalami luka serius, termasuk Hari Suprapto yang memerlukan 27 jahitan untuk luka di punggung dan lengan kanannya.
Kekacauan yang terjadi tidak hanya menimbulkan kekhawatiran tetapi juga menyoroti masalah kesehatan mental dan keamanan komunitas di area kami. Saat kita mengurai dampak yang terjadi, menjadi jelas bahwa insiden ini lebih dari sekedar tindakan kekerasan yang terisolasi.
Penegak hukum, dipimpin oleh AKP Handry Prasetyo, dengan cepat merespons, mengidentifikasi tersangka sebagai pria lokal yang dikenal banyak orang sebagai ODGJ yang berkelana. Ini menimbulkan pertanyaan penting tentang sistem dukungan kesehatan mental kita. Mengapa pria ini ada di jalanan, dan apa sumber daya yang tersedia untuk membantunya? Jelas, ada kesenjangan dalam kemampuan komunitas kita untuk mengatasi kebutuhan kesehatan mental, yang secara langsung mempengaruhi keselamatan publik.
Panik yang menyelimuti Dusun Krajan setelah serangan tersebut adalah pengingat nyata tentang kerentanan yang kita hadapi. Kita tidak bisa mengabaikan fakta bahwa individu yang berjuang dengan masalah kesehatan mental sering kali menimbulkan risiko, tidak hanya untuk diri mereka sendiri tetapi juga bagi orang-orang di sekitar mereka.
Serangan ini telah menimbulkan ketakutan, dan ketakutan ini dapat menyebabkan stigmatisasi terhadap individu dengan tantangan kesehatan mental, semakin mengisolasi mereka dan mencegah intervensi yang diperlukan. Kita harus mengalihkan fokus kita dari ketakutan menjadi pemahaman—pemahaman bahwa kesehatan mental adalah aspek penting dari kesejahteraan komunitas.
Peliputan media, terutama oleh Kompas.com pada tanggal 3 Februari 2025, telah menekankan perlunya dialog komunitas mengenai kesehatan mental dan implikasinya terhadap keamanan. Ini adalah seruan bagi kita semua.
Kita perlu mendorong diskusi yang mengarah pada peningkatan sumber daya dan sistem dukungan kesehatan mental di area kita. Sebagai sebuah komunitas, kita harus mendukung program yang membantu mereka yang membutuhkan, memastikan mereka menerima perawatan dan perhatian yang diperlukan untuk mencegah insiden di masa depan.